Selasa, 27 April 2010

Mahalnya Biaya Pendidikan

RENDAHNYA KUALITAS SDM DAN PENDIDIKAN SEBAGAI DAMPAK MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN DAN POLA PIKIR YANG SALAH

PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan di negeri ini memang patut di pertanyakan ulang, kualitas SDM yang duhasilkan dari sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia tidak semuanya dapat dibanggakan. Bangsa Indonesia mungkin cenderung sangat kekurangan SDM yang berkualitas dari pada SDA yang sangat berlimpah ruah.
Ketika kita berbicara kualitas SDM maka yang harus dikaji lebih lanjut adalah seberapa besar sistem pendidikan yang diterapkan dapat menghasilkan kualitas SDM yang unggul (bagus).
Ada dua permasalahan sebenarnya yang akan dikaji di makalah ini, yang pertama adalah keterkaitan mahalnya biaya pendidikan dengan keberlangsungan pendidikan bagi masyarakat miskin dan yang kedua adalah asumsi masyarakat tentang urgensi pendidikan.
Kedua masalah diatas akan di sajikan dalam sebuah studi kasus yang banyak terjadi di Indonesia umumnya dan didaerah penulis khususnya (Cikarang)

MAHALNYA BIAYA SEKOLAHKU
Tentu masih ingat dibenak kita tentang banyaknya berita anak-anak sekolah yang tak mampu membayar tunggakan uang sekolah mencoba bunuh diri lantaran merasa malu dan pusing karena tidak sanggup untuk membayarnya.
Mungkin yang terakhir terjadi dan ramai dibicarakan adalah kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan Eko Haryanto bocah berumur lima belas tahun yang duduk di bangku kelas VI SD Kepunduhan 01, kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. (PROAKSI, senin, 09 Mei 2005)
Putra dari pasangan Sohirin (30) dan Ruwet Dionah (37) -yang kesehariannya hanya bekerja sebagai buruh. Sohirin buruh panggul beras di pasar Martoloyo sementara istrinya sesekali menjadi buruh tani di desanya- ini telah menunggak bayaran sekolah selama 10 bulan.
Mengingat UAN di tingkat SD akan segera dimulai, maka sebagai persyaratannya semua murid kelas VI diwajibkan melunasi tunggakan uang sekolah yang belum dibayarkan, berawal dari situ, karena Eko merasa malu meminta dan khawatir memberatkan orang tuanya dia nekat mencoba mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan tubuhnya di dua helai kain selendang milik ibunya yang diikatkan pada kayu Blandar. Beruntung dia selamat karena diketahui ibunya tidak lama setelah kursi yang dipakai berdiri sebelum melakukan bunuh diri itu jatuh.
Kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada seorang Eko saja tetapi sudah sekian banyak kasus serupa terjadi, bahkan mungkin terjadi disekeliling kita.
Kasus pendidikan mahal merupakan permasalahan klasik yang dialami bangsa ini, mungkin sudah dengan berbagai cara pemerintah mencoba mengatasinya, tetapi yang terjadi dari tahun ke tahun tetap sama tidak ada perubahan sedikitpun. Orang-orang miskin tetap mengeluhkan biaya pendidikan yang mahal.
Cikarang daerah yang masuk dalam kawasan Kabupaten Bekasi, walaupun di tengah-tengah kotanya terlihat banyak orang yang berkemampuan ekonomi menengah keatas, namun dibalik itu semua dipinggiran (dipedalaman) nya masih banyak sekali orang-orang yang tidak mampu (ekonomi lemah), yang jangankan untuk membayar uang sekolah anak-anak mereka, untuk makanpun terkadang kurang. Mereka yang seperti itu biasanya hanya sebagai seorang buruh tani atau tukang ojek, yang tidak sedikit dari mereka hanya menamatkan pendidikannya sampai SD saja. Pada masyarakat yang seperti inilah biaya sekolah sangat terasa berat, tidak sedikit dari mereka yang menghentikan pendidikan anak-anaknya hanya pada jenjang SD saja karena sudah tidak mampu lagi membiayai pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Buat apa sekolah kalau pada akhirnya tidak bisa kerja ?
Kecenderungan berpikir yang seperti inilah yang membahayakan generasi-ganerasi bangsa selanjutnya.
Para orang tua khususnya mereka yang miskin beranggapan bahwa sekolah itu tidak terlalu penting karena buat apa sekolah tinggi kalau pada akhirnya tidak dapat bekerja, dan sekolah hanya akan menguras pengeluaran keuangan keluarga.

Penutup
Masalah pendidikan memang tidak ada yang tahu pasti sampai kapan akan berakhir, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup maksimal, terutama biaya pendidikan yang mahal, harusnya menjadi perhatian utama pemerintah, bagaimana agar seharusnya pendidikan itu harus semurah mungkin bahkan mungkin gratis agar semua masyarakat dari bebagai kalangan dapat merasakannya.
Paradigma berpikir masyarakat harus dirubah, sekolah tidak hanya bertujuam untuk mencetak pekerja-pekerja yang siap pakai, tetapi lebih untuk dapat menciptakan SDM bangsa ini yang cerdas dan tentunya berkualitas.
Semoga di kemudian hari kelak, dengan semakin baiknya sistem pendidikan akan semakin banyak lahir SDM yang cerdas dan berkualitas, dan akan semakin maju bangsa ini.

keberhagaan waktu

Waktu
Waktu sungguh berharga, benar yang dikatakan orang pada zaman ini “waktu adalah uang”, menit demi menit ketika diolah menjadi sebuah kegiatan yang sangat berharga maka waktu itu akan menjadi hal yang berharga seperti uang yang sangat berharga dizaman edan seperti ini, penyair Arab mengatakan “Waktu itu bagaikan pedang” yang bisa saya tafsirkan dimana ketika pedang tidak sering digunakan maka pedang itu tak akan berguna dan begitu juga dengan waktu ketika tidak digunakan dengan sebaik mungkin maka tak akan berguna hidup ini.
Sungguh banyak impian,keinginan dan harapan, yang begitu mudah diucapkan dan diingat tetapi sungguh sangat sulit mengapliikasikan hal tersebut, tidak tau kenapa? Pasti saja ada halangan yang menghambat untuk menuju hal tersebut.
Waktu demi waktu, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari. Waktu yang terus berputar terkadang tidak terasa bagaikan air yang mengalir, disuatu saat timbul sebuah penyesalan tentang masa lalu yang telah disia-sia kan dimana dimasa lampau banyak waktu yang telah terbuang dan mengalir tanpa arah dan tujuan yang benar sehingga tak ada sebuah manfaat yang dapat di petik dari waktu yang terbuang itu.
Kesadaran akan pentingnya waktu, menginginkan kembali kemasa lalu untuk memperbaiki waktu yang terbuang agar bisa bermanfa’at untuk masa sekarang walaupun kemungkinan untuk mengulang waktu itu sangat tidak mungkin terjadi.
Sebuah keterlambatan sudah terjadi dan tak mungkin kembali lagi, Gunakan waktu sebaik mungkin pada saat ini agar penyesalan yang telah dialami tidak terulang kembali.

Membangun Etos kerja dalam Memajukan Bangsa

Membangun Etos kerja dalam Memajukan Bangsa
Assalamu’alaikum wr wb.


In the name of Allah the most beneficent and the most merciful.
First of all, there is no word suitable to express our thanks to Allah SWT except Alhamdulillahi Robbil Alamin, because of his mercies and his blessing only today we canattend in this place without any trouble.
Secondly, may peace and salutation always be given to our prophet Muhammad Saw who has dedicated his life for his God and his followers. And also I would like to express our thanks to master of ceremony for giving us the time to stand in front of you all.
Dewan juri yang terhormat
Hadirin wa hadiroh yang kami banggakan
Sebelum membahas materi, marilah dengarkan firman Allah SWT surat at-taubah 105

Allah telah menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk bekerja, bekerja yang di maksud untuk mencari kepentingan dunia tetapi jangan lupa kepada Allah agar pekerjaan itu bisa berjalan dengan baik dan selalu awali sebuah pekerjaan dengan niat karena allah sehingga pekerjaan yang dilakukan bisa menjadi sebuah nilai Ibadah,
Allah berfirman dalam surat Al Jumu’ah: 10


10.Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.…….
Hadirin yang berbahagia,
Allah menciptakan manusia untuk memberi suatu perintah. Agar setiap manusia diciptakan untuk giat bekerja akan tetapi jangan lupa untuk beribadah kepada Allah. Allah telah banyak memberikan rizqi kepada setiap insan manusia yang terlahir ke dunia ini. Maka dari itu wajib bagi manusia untuk terus beribadah khusunya para pemuda yang masih mempunyai banyak tenaga, entah untuk beribadah ataupun bekerja atas mencari keridhaan Allah swt.
Para pemuda penerus bangsa dan pemudi penerus ibu pratiwi yang dirahmati oleh Allah swt.
Allah akan meridhai orang-orang yang bekerja dengan niat karena Allah, sebuah bangsa akan maju ketika masyarakat bisa bekerja dengan di niat kan karena Allah. Jika semuanya sudah di niatkan karena Allah insyaallah etos kerja masyarakat akan baik dan bisa memajukan bangsa. Allah pencipta semesta dengan kuasanya apapun bisa terjadi. Dengan keridhaan kita dapat mencapai keikhlasan untuk bekerja karena lillahi ta’ala.
Allah pun akan meridhai kaum yang memiliki etos kerja tinggi dan lillahi ta’ala. Ketika suatu pekerjaan yang memiliki suatu etos kerja tinggi dengan semangat yang tinggi pula didasari Allah maka akan sangan berguna bagi suatu kaum. Selain kaum itu bekerja dengan semangat yang tinggi bekerja itu pun akan dirdhai Allah swt. Sesuai pepatah bijak “sekali mendayung dua tiga pulau terlewati”. Sekali kita bekerja dengan etos yang tinggi maka ridha Allah dan semngant membangun negeri pun akan tercapai.

unjur makola...
wa la tanjur makola...

billahi fisabililhaq
fastabiqul khairat

wa'alaikumussalam wr. wb.

* tulisan ini dibuat ketika mengikuti perlombaan Musabaqah Syarhil Qur'an dan di paparkan ketika perlombaan berlangsung

membangun etos kerja

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,


Hadits tentang Etos Kerja

Artinya: Dari Anas ra. Ia berkata, Rosulullah SAW. Bersabda : “wahai Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas, dan penakut. Dan aku berlindung kepada Mu dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian mati. “(HR. Muslim)
Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi
Secara tektual hadits di atas hanya merupakan doa yang pernah diucapkan Rosululah Saw. Dan dianjurkan agar selalu diucapkan oleh umatnya, yaitu doa agar dijauhkan dari sifat lemah, malas dan pengecut serta dijuahkan dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian setelah mati. Namun kalau kita simak secara seksama makna hadits tadi, maka maksud dari hadits tersebut adalah, bila kita selalu meminta dijauhkan dari sikap dan hal-hal yang tidak diinginkan di atas bukan berarti kita pasrah begitu saja. Akan tetapi seharusnya dengan meminta dijauhkan dari sifat lemah, berarti kita hurus berupaya untuk menjadi orang yang kuat, baik rohani maupun jasmani. Dengan meminta dijauhkan dari sifat malas berarti kita harus berupaya menjadi orang yang rajin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahtaraan di dunia dan akhirat. Dan dengan meminta dijauhkan dari sifat penakut berarti kita harus berupaya untuk menjadi orang yang berani dalam menjalani hidup ini, karena kita yakin bahwa Allah selalu menolong hamba yang aberada di jalan Nya.

Hadirin yang saya muliakan,
Pada hakikatnya setiap bangsa memiliki cita-cita dan visi strategisnya. Cita-cita ini tidak datang dari langit tetapi mesti kita raih, hanya perjuangan dan kerja keras yang terus menerus yang akan mendapatkan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita ingin mewariskan Indonesia kepada anak cucu kita, Indonesia yang lebih maju, lebih bermartabat dan lebih sejahtera.
Terakhir, marilah kita mensyukuri karunia Tuhan kepada kita bangsa Indonesia bahwa dengan perjuangan dan kerja keras kita, kita telah berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Telah jauh kita berjalan sebagai suatu bangsa, dari sekedar bangsa jajahan menjadi anggota negara-negara G-20, yang ikut menentukan arah ekonomi dunia. Perjalanan kita memang masih panjang. Namun kita yakin, dengan semangat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, kita akan terus bersatu, bangkit dan maju, menuju masa depan yang gemilang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya kepada kita semua dalam membangun bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang besar, maju, demokratis, berkeadilan, dan bermartabat.




105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS: AT TAUBAH)

10. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS: AJUMU’AH)

Minggu, 08 Februari 2009

karya ilmiah Da'wah pada masa rasulullah

BAB I
PENDAHULUAN

Da’wah islamiyah merupakan sesuatu suatu kewajiban bagi setiap muslim akan tetapi tidak semua muslim mampu melaksanakannya, karena dalam berda’wah harus mempunyai metode sendiri.
Secara historis islam hadir ketika moral manusia hancur (jahilliah) pada saat itu tidak ada yang nampak antara perbedaan yang hak dan yang bathil, dengan situasi inilah Allah mengutus salah satu hambahnya, sebagai utusan terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah dengan membawa suatu ajaran untuk membawa suatu ajaran baru untuk memperbaiki keadaan serta kehidupan manusia.
Kini rasulullah telah tiada sedangkan islam harus tetap disiarkan walaupun dalam kondisi dan situasinya berbeda, sebab da’wah merupakan kewajiban bagi umat muslim terutama para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual.
Situasi masa rasulullah dan masa sekarang berbeda dengan demikian metode dan objek da’wah pun berbeda pula. Maka dari itu penulis akan menulis di karya tulis penulis dengan judul “Da’wah Pada Masa Rasulullah” dan penulis mengharapkan karya tulis ini bisa dijadikan contoh oleh para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual, agar mereka tidak menyimpang dari ajaran yang telah dicontohkan oleh rasulullah.
A. Alasan Memilih Judul
1. Sepengetahuan penulis bahwa judul ini belum pernah ada yang membahas padahal sangat penting dan diperlukan oleh para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual untuk dijadikan contoh.
2. Melihat keberhasilan Rasulullah SAW dalam berda’wah yaitu menyiarkan ajaran islam kepada umat manusia dengan waktu yang relatif singkat kurang lebih 23tahun dapat tersebar keseluruh jajirah arab. Hal ini lah yang membuat menarik penulis untuk dijadikan karya tulis.
B. Batasan Masalah
Mengingat perjuangan rasulullah terlalu luas maka perlu adanya pembatasan, dalam hal ini penulis hanya membahas tentang da’wah saja, da’wah itu sendiri hanya ketika rasul di makkah dan di madinah karena panulis berasumsi didua tempat ini lah yang dijadikan kesukseskan rasul dalam berda’wah.
C. Tujuan Penulis
a. Agar bisa dijadikan contoh dan inspirasi cara berda’wah untuk para Da’i, ustadz dan muslim intelektual.
b. Untuk menyelesaikan tugas liburan.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan masalah ini penulis mengumpulkan data-data dengan menggunakan metode penelitian perpustakaan (library research) terhadap buku-buku krangan karya ilmiah dan buku-buku lainnya yang ada hubungannya dengan materi yang penulis bahas.
E. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran dan pengetahuan yang menyuluruh dari karya tulis ini penulis susun sistematika sebagai berikut :
BAB I pendahuluan meliputi alasan memilih judul, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II da’wah pada masa rasulullah yang terdiri dari : sejarah singkat rasulullah, keadaan masyarakat, problem yang dihadapi rassulullah, metode da’wah rasul. BAB III penutup yang tersiri dari : kesimpulan dan saran-saran.












BAB II
DA’ WAH PADA MASA RASULULLAH

A. Sejarah Singkat Kehidupan Rasulullah
Muhammad SAW dilahirkan di kota makkah pada tanggal 12 rabiul awal tahun gajah bertepatan dengan tanggal 20 april 571 M, ayahnya bernama Abdul Mutholib yang wafat ketika Muahammad dalam kandungan ibunya, Ibunya bernama Aminah binti Wahab.
Merupakan suatu tradisi bangsa arab bahwa meyusukan anak-anak badwi, karena menurut mereka di daerah badwi suasana budaya dan hawanya sangat baik untuk kehidupan seorang anak. Oleh karena itu Muhammad pun diasuh oleh wanita-wanita badwi yang bernama Tsuaibaitul aslamiyah dan Halimatussa’diyyah, diantara keduannya yang paling lama merawat Muhammad ialah Halimatussa’diyyah sampai Muhammad berumur 4 tahun.
Setelah itu Muhammad dikembalikan kepada ibunya, ketika umur 6 tahun dia di ajak oleh ibunya ke madinah untuk menjiarahi makam ayahnya, dalam perjalanan kembali dari madinah dikampung abwa ibunya meninggal dunia, kemudian Muhammad diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Mutholib namun malang tak lama kemudian kakeknya meninggal, ketika Muhammad berumur 8 tahun, akhirnya Muhammad diasuh oleh pamannnya Abu Tholib. Beliau seorang yang tak mampu dalam bidang materi, akan tetapi beliau mempunyai hati mulia dan kasih sayang. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Muhammad, mengambil upah dengan mengembala kambing kepuyaan penduduk makkah.
Dalam kehiduppan sehari-harinya Muhammad selalu menunjukan sikap kejujurannya, sehingga sifat itu tersyiar di masyarakat arab denga demikian beliau menerima gelar Al-Amin, predikat ini tidak lepas dari pandangan khodijah seorang janda kaya di negeri itu, dan akhirnya dipercaya untuk membawa barangnya ke negeri syam dengan disertai pembantunya Maisharoh, dalam waktu yang tidak begitu lama Maisharoh dan Muhammad kembali dengan keuntungan yang baik dan sangat besar.
Ketika Muhammad berumur 25tahun sedangkan Khodijah berumur 40 tahun maka terjadi suatu pertemuan yang bersejarah sebagai mana di kemukakakn oleh bapak Muhammad Hamidullah bahwa “karena kejujuran dan mempunyai watak tulus hati maka Khoodijah menawarkan dirinya kepada Muhammad sedangkan ketika itu Khodijah berumur 40 tahun.”
Perkawinan Muhammad denganKkhodijah mendapatkan beberapa anak, tiga orang anak laki-laki dan empat orang anak permpuan, tetapi ketiga anak laki-lakinya meninggal ketika masih kecil.
Sesudah umur Muhammad mencapai 40 tahun beliau semakin giat beribadah mencurahkan seluruh waktu sepenuhnya di sebuah goa yang bernama “hiro” yang terdapat dijabal noer (bukit cahaya) disanalahlah beliau beribadah kadang-kadang sampai 10 hari lamanya.
Tepat pada malam senin tangggal 17 Ramadhan bersamaan dengan 6 Agustus 610 M turunlah malaikat Jibril AS membawa wahyu yang pertama, saat itu beliau berada di goa hiro kemudian malaikat Jibril AS memerintahkan Muhammad untuk mengucapkan 
Tetapi beliau menjawab saya tidak bisa membaca kemudian manyuruh lagi  sampai tiga kali berturut-turut namun Muhammad tetap menjawab “saya tidak bisa membaca” kemudian dipeluklah Muhammad oleh malaikat Jibril AS, sehingga Muhammad merasa lemas, dan setelah itu Muhammad dilepaskan dan kemudian jibril membacakan wahyu :
                        
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Pada ayat ini tidak terdapat pengertian bahwa nabi Muhammad diperintanhkan untuk berda’wah, mengajak manusia kepada suatu agama dan belum pula adanya perintah bahwa beliau utusan Allah.
Setelah turunnya wahyu (ayat) pertama itu, terjadi suatu stragritas penurunan wahyu berikutnya, walaupun demikian nabi sebagai mana biasa datang ke gua setiap hari sambil menanti wahyu yang berikutnya, akan tetapi suatu saat nabi mendengar suara dari langit kemudian diangkat kepalanya, maka tampaklah Jibril AS, akhirnya nabi langsung pulang dengan perasaan takut dan gemetar.
Sesampainya nabi dirumah langsung membaringkan diri sambil berkata kepada isterinya “selimutilah aku”dalam keadaan sepeti ini dating lah malaikat Jibril AS menyampaikan wahyu kepadanya yang berbunyi :
                     
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan turunnya ayat (wahyu) kedua inilah nabi mulai menyeru umat islam ke agama Allah, walaupun dengan sembunyi-sembunyi dan ruang lingkupnya masih sekitar keluarga yang terdekat serta sahabat-sahabat beliau.
B. Keadaan Masyarkat
Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang terkenal dengan masyarakat jahiliyah, jahiliyah dalam bahasa arab mempunyai arti bodoh, akan tetapi kaum jahiliyah yang disini bukan kaum jahiliyah yang bodoh, karena mereka mempunyai pengetahuan dan kepandaian serta kecerdasan : dalam bidang pertanian, perniagaan dan banyak lagi ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu bintang, ilmu astronomi dan sebagainya.
Dengan demikian orang-orang arab sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tinggi, oleh karena itu sebutan jaman jahiliyah kurang tepat diartikan sebagai zaman kebodohan.
Disamping terkenal peradabannya juga terkenal mata pencahariannya sebagai pedagang-pedagang yang berhasil. Perdagangan yang mereka lakukan tidak hanya didalam negeri saja, akan tetapi mereka terkenal sebagai pedagang antar daerah, daerah-daerah tempat perdagangan mereka adalah syam, yaman dan Persia.
Masyarakat itu juga mempunyai agama, sebagaimana diketahui sebelum nabi Muhammad lahir dan diangkat menjadi rasul mereka sudah menganut agama tauhid. Didalam sejarah kita dapatkan bahwa nabi ibrahim adalah pembawa agama Tauhid, akan tetapi setelah berpuluh-puluh tahun lamanya (setelah nabi ibrahim dan nabi ismail meninggal) mereka menyimpang ke ajaran yang murni, mereka menjadi musyrik menyembah tuhan dengan berbagai bentuk ada yang menyembah binatang, matahari dan bulan, karena mereka berkeyakinan bahwa semuanya itu diberi kenyakinan penuh oleh Allah SWT untuk mengatur alam, selain menyembah-menyembah yang diatas mereka juga menyembah berhala, berhala yang mereka sembah terbentuk dari logam, batu dan kayu.
Semua penyembahan itu dilakukan sampai berpuluh-puluh tahun, sehingga ketika rasulullah lahir mereka masih menyembah berhala dan mempunyai kepercayaan bermacam-macam (beraneka ragam).
Demikianlah keadaan dan kepercayaan masyarakat arab sebelum datangnya islam.
C. Problem yang Dihadapi Rasulullah
Masyarakat pada masa itu masih dalam penyembahan bahala serta mempunyai kepercayaan yang bermacam-macam di tengah keadaan dan situasi semacam itu, Muhammad diutus untuk menyelamatkan umat serta memperbaiki keadaan yang sudah tidak mempunyai arah tujuan, misi pokok kerasulan nabi Muhammad adalah menyebarkan ajaran tauhid murni yaitu meng-Esakan tuhan, menghapus berhala dan kewajiban manusia beribadah kepada tuhan yang maha Esa.
Dengan demikian misi da’wah(ajaran yang dibawa) nabi Muhammad berda’wah pertama kepada keluarga dan lingkungan setempat serta anak family dan kaum kerabat. Dijelaskan pula oleh frop Hamidullah bahwa “nabi mulai menda’wahkan missinya serta cara rahasia dan sembunyi-sembunyi pertama kali dengan karibnya dan kepada anggota pada sukunya sendiri.”
Da’wah yang pertama kali ini tidak mendapat rintangan dan malah mendapat sambutan yang cukup dengan pengikutnya yang kurang lebih 39 orang.
Selama tiga tahun beliau menjelaskan da’wahnya dengan sembunyi-sembunyi dan rahasia akan tetapi pada suatu hari beliau mendapatkan wahyu untuk mmenyeru kepada umat manusia yang berbunyi:
      
94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

dengan datangnya wahyu ini maka rasulullah mulai maju langkah demi langkah, diundangnya pemuka Quraisy untuk berkumpul dibukit sofa, ditengah kumpulan kaumnya beliau berkata, isi pokok pada harian kiamat, iman pada yang maha Esa, tiba-tiba abu lahab berteriak mengejutkan para hadirin sambil berkata : yang artinya “ Celakalah ngekau wahai Muhammad, apakah hanya untuk ini kamu kumpulkan kami semua.”
Pada saat inilah nabi dan pengikutnya mendapat rintangan, ancaman dan penghinaan namun cobaan itu membuat iman dan persatuan beliau semakin kuat, begitu pula orang masuk islam tambah banyak.
Ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan islam tidak dapat dipatahkan dengan ancaman dan penyiksaan, mulailah dengan jalan lain yakni mencoba menghubungi Abu Tholib sebagai pelindung utama Rasulullah SAW, mereka meminta agar dapat menghentikan segala kegiatan keponakannya dalam menyiarkan agama islam, permohonan kaum Quraisy disampaikan kepada Muhammad, akan tetapi Muhammad menjawab “paman” demi Allah kalaupun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan maksud agar aku meninggalkan tugas ini sungguh tidak akan aku lakukan.
Setelah Abu Thalib mendengar jawaban tegas yang disampaikan nabi Muhammad SAW, Abu Thallib pun segera berkata “hai anakkku” pergilah dan katakanlah yang apa kamu kehendaki demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk selama-lamanya. Begitulah tekad dan kecintaan Abu Thalib terhadap keponakannya(nabi Muhammad).
Berkali-kali pemuka Quraisy datang dengan berbagai macam alasan akan tetapi usaha mereka selalu gagal, kemudian mencoba membujuk nabi dengan memberikan harta dan kedudukan kepada nabi Muhammad agar bersedia meninggalkan usahanya.
Semua rayuan dan usaha mereka ditolak dengan tegas oleh nabi Muhammad sehingga memuncaklah kemarahan mereka, kemudian mereka melancarkan penyiksaan diluar prikemanusiaan terhadap pengikut nabi. Dengan kejadian semacam ini maka nabi memerintahakan pengikut-pengikutnya untuk pindah kehabasa sebab nabi telah mengetahui raja habasa adalah seorang yang adil.
Setelah 10tahun nabi berda’wah dimakkah akhirnya nabi pindah ke Thoif dengan harapan diterima dan mendapatkab perlindungan., ternyata itu semua hanya harapan, kenyataannya da’wah beliau tidak dapat diterima, dan dengan serentak mereka mencacimaki, menghina dan menhgancam sambil melampari batu-batu krikil dan pasir kepada nabi Muhammad SAW.
Demikianlah penganiayaan dan penghinaan penduduk Thoif yang diharapkan dapat melindungi dan menerima da’wahnya. Setelah beliau mengalami kegagalan di Thoif beliau tidak berhenti akan tetapi beliau mencoba mensyiarkannya kepada orang-orang yang datang mengerkjakan haji ke baitullah, disinalah da’wah beliau mendapat sambutan dan banyak yang tertarik, dengan demikian berikutnya semakin bertambah. “untuk menghindari kecurigaan dan perlakuan yang tidak diharapkan dari pihak Quraisy, diadakanlah suatu pertemuan rahasia di aqobah.”
Dalam pertemuan rahasia ini nabi membacakan aya-ayat al-Quran, yang bunyinya mengajak mereka berlaku benar terhadap apa yang telah mereka ketahui (percayai). Pertemuan ini akhirnya dapat diketahui oleh kaum Quraisy, kemudian mereka mengadakn tindakan-tindakan kekerasan, kekejaman yang mengakibatkan banyak pengikut-pengikut nabi yang luka-luka parah.
Setelah kejadian itu nabi memerintahkan kaumnya untuk berhijrah ke madinah. Orang-orang Quraisy sangat cemas mendengar perintah nabi karena dimadinah islam sudah berkembang, oleh sebab itu mereka merencanakan akan membunuh nabi, dengan mengutus para jagoan dari masing-masing daerah (kabilah).
Ketika hari mulai malam datanglah pemuda-pemuda utusan mengepung rumah nabi, dan siap membunuh nabi bila keluar dari rumah namun rencna mereka tidak sebaik rencana Allah, dalam kesuyian malam keluarlah nabi dengan penuh tawakkal dan pasrah kepada Allah dikawani Abu bakar ke madinah, sementara Ali tidur ditempat nabi untuk mengelabui kaum penjahat, dengan inayah Allah pemuda-pemuda tidur tak sadarkan diri, seperti dikemukakan Prof. Dr. Syalabi bahwa :
Rasulullah keluar sambil menaburkan pasir kemuka pemuda-pemuda yang sedang mengepung rumah beliau seraya berkata alangkah kejinya mukamu, pemuda-pemuda itu tertidur tak sadarkan diri,akhirnya nabi dan Abu bakar keluar tanpa kelihatan oleh mereka.
Ssetelah mereka terbangun, alangkah kecewanya karena yang didapatinya hanya Ali. Sebelum nabi menuju ketempat tujuan yaitu madinah selama tiga hari bersembunyi di debuah gua di bukit tsur, setelah itu meneruskan perjalanannya ke madinah.
Langakah pertama yang dilakukan adalah mendirikan masjid, membina dan mempersatukan (persatuan sesame umat islam). Kemudian mengadakan perjanjian persahabatan dengan orang yahudi di madinah yang hiduup berdampingan, isi pokok perjanjian saling bertetangga dengan baik dan saling Bantu jika terjadi musibah atau ada serangan dari luar. Setelah perjanjian berlangsung baik di pihak lain merasa iri dan tidak senang melihat perkembangan islam begitu cepat di madinah, sehingga pihak yahudi lain berusaha keras memerangi dan memadamkan kaum muslimin.
Demikianlah sekilas gambaran problem yang nabi alami ketika berda’wah ketika di makkah maupun di madinah, begitu banyak rintangan, siksaan dan ancaman, akan tetapi beliau tetap berda’wah meyiarkan ajaran agama islam dengan tidak mengenal lelah, letih serta putus asa sampai menujunjukan keberhasilan. Untuk itu metode apa yang rasul gunakan, dalam pembahasan berikutnya penulis akan menyajikan cara-cara(metode) nabi dalam berda’wah.
D. Metode Da’wah Rasulullah
Sebelum penulis menguraikan metode da’wah rasulullah penulis ingin menguraikan pengertian da’wah terlebih dahulu. Pengertian da’wah berasal dari bahasa arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi kata da’wah merupakan suatu ajakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Untuk memperjelas penulis ajukan beberapa definisi tentang da’wah menurut Drs. H. M Arifin bahwa “da’wah mengandung pengertian suatu kegiatan, ajaran baik dalam bentuk lisan maupun tulisan tingkah laku sadar atau berencana dalam berusaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok.”
Drs. Barmawy Umary menjelasakan “dawah ialah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah menjauhi larangan agar memperoleh kebahagian dimasa sekarang dan akan datang.”
Dari pendapat-pendapat di atas walauupun berbeda namun pada hakikatnya sama, dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa da’wah adalah suatu seruan atau ajakan kepada seseorang atau kelompok manusia untuk menyakini kebenaran demi keselamatan dunia dan akhirat, serta mengerjakan kebajikan serta menjauhi larangan sesuai dengan pirman Allah :
  •             
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Di dalam ayat ini terkandung bahwa da’wah merupakan kewajiban manusia yang telah mengetahui dan mengenal ajaran-ajaran Allah kepada manusia baik yang sudah mengenal maupun yang belum, untuk memperdalam dan memperaktekan apa-apa yang diwajibkan dan dilarang oleh Allah, walaupun situasi dan perkembangan budaya dapat berubah namun da’wah islamiyah harus tetap berjalan.
Hal ini memerlukan tekhnik dan metode dalam penyampaiannya. Rasulullah sendiri ketika berda’wah mempunyai masyarakat yang belum mengenal tuhan, mereka menyembah berhala hanya sebagian kecil yang sudah mengetahui ajarannya dan tekad serta metode beliau, beliau dapat berhasil.
Didalam menyampaikan ajarannya beliau menggunakan metode yang telah digariskan didalam al-Quran surat An-nahl ayat 125 yang berbunyi :
             •     •       
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat inilah yang dijadikan pedoman pokok oleh rasulullah dalam berda’wahnya. Pada ayat ini terdapat kata-kata “bilhikmah” atau bijaksana, pelajaran yang baik atau bantahan kebaikkan.
Disamping berda’wah dengan bijaksana, nabi juga tidak bersifat memaksa untuk memeluk ajaran agama islam sebab sifat memaksa bertentangan dengan ajaran al-Qur’an yang berbunyi :
     
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

dengan ayat ini dijelaskan bahwa dalam ajaran islam tidak mengajarkan tentang paksaan terutama dalam memeluk agama islam.
Dengan sebab itulah rasulullah Saw dalam menyerukan ajarannya tidak dengan paksaan dan kekrasan sehubungan dengan yang diungkapkan oleh Syee Amir Ali “ketika nabi Muhammad mengirimkan mubaiq-mubaliq keberbagai provinsi, beliau senantiasa memberia amanat sebagai berikut : ramah tamahlah kepada orang dan jangan bersifat keras, gembirakanlah hati mereka dan jangan remehkan.”
Selain sifat-sifat diatas rasulullah dalam berda’wah selalu menampilkan keperibadiannya dengan moral yang tinggi (akhlak yang mulia) lebih dari itu beliau selalu mengamalkan ajara-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari baik yang sudah disampaikan maupun yang belum, seperti yang dijelasakan oleh Nasarudin Razak bahwa”akhlak Muhammad lah yang menjadikan suri tauladan yang sebenar-benarnya sehingga diakui beribu-ribu manusia dan banyak yang masuk islam.”
Uraian ini jelas bahwa rasul selalu bersifat bijaksana dan lemah lembut dalam melaksanakan da’wahnya. Suatu kasus yang patut dijadikan data akan kebijakan serta kelemah lembutan nabi dalam berda’wah yaitu dimana kafir Quraisy sangat membenci, memusuhi dan menghalangi nabi, baik semasa dimakkah maupun di madinah akan tetapi ketika mereka gagal serta berserah diri, rasul tidak membalas membenci mereka, dendam, memerangi dan tidak memaksa mereka untuk masuk islam, bahkan rasul selalu menjelaskan tentang kebenaran ajrannya kepada mereka dengan bijaksana, agar mereka mengetahui ke Esaan tuhan.
M. natsir mengemukakan bahwa : tugas rasul (dan pembawa da’wah) ialah memperingatkan dan memanggil-manggil supaya memilih jalan yang membawa kepada kejayaan, jangan menuju jalan yang menempuh keruntuhan, semua yang beliau lakukan adalah sesuai dengan status beliau sebagai rasul yang hanya wajib mengamanatkan amanat Allah subhanllahu wata’ala.
Dari statement diatas maka jelaslah rasul dalam berda’wah selalu memberikan alternatif terhadap nilai-nilai kebaikan yang Allah berikan kepadanya, demi kepentingan umat. Rasuluulllah dalam menyampaikan da’wahnya tidak memaksa orang untuk masuk ke agamanya, beliau melakukan da’wah sesuai dengan statusnya sebagai seorang rasul, yaitu hannya wajib menyerukan dan menyampaikan amanat Allah.
Selain hal itu beliau melaksanakan da’wah dengan penuh bijkasana, lemah lembut sehingga dengan waktu yang relative singkat kurang lebih 23 tahun rasul telah sukses membawa ajarannya.
Demikianlah sikap dan cara rasulullah menyampaikan da’wahnya (ajarannya) dengan keberhasilan yang memuaskan.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang da’wah pada masa rasulullah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Da’wah yang disampaikan oleh rasulullah yaitu mengajak manusia untuk mengEsakan tuhan dan melakukan kebaikan serta menjauhi larangan, beliau dalam berda’wah selalu berpedoman pada al-Quran surat an-nahl ayat 125 dan surat ali-imran 159.
2. Rasulullah dalam berda’wah selalu dengan keikhlasan, kesabaran dan kebenarian menghadapi rintangan, selain itu beliau mampu memahami dan menguasai situasi dan kondisi sehingga materi yang disampaikan itu cocok dengan masyarakat yang dihadapi.
B. Saran-saran
Sebagai akhir tulisan diatas ingin menyampaikan beberapa saran kepada kaum muslimin umumnya para da’I khususnya, agar memperoleh kesuksesan dalam mengembangkan da’wah Islamiyah.
1. Da’wah adalah merupakan kewajiban setiap muslim oleh karenanya hendaklah kita sebagai calon da’I mengajak mausia kepada kebaikan dan menjauhi kemunkaran.
2. Para da’I hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang banyak sebagai bekal dalam menghadapi masyarakat yang beraneka ragam baik intelektual, kebudayaan maupun ekonominya.
3. Para da’I hendaknya memahami situasi dan kondisi masyarakat sebagasi objeknya, sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan yang masyarakat hadapi.
4. Para da’I hendaknya bijaksana seperti rasul ketika beliau menyampaikan ajarannya n=baik di makkah maupun di madinah.
5. Agar da’wah dapat berhasil dengan baik maka hendaknya para da’I melihat kembali metode da’wah yang digunakan oleh rasulullah dan menteladani segala perbuatannya terutama dalam penyampaian da’wahnya.


























DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya.
Achmad Amin, prof. Dr. Fajar islam, Ali bahsa, zaini dahlan Bulan Bintang, Jakarta, 1968.
Amrullah Achmad, Da’wah islam dan perubahan social, Prima Duta, Yogyakarta, 1983.
Arifin M. Ed, Drs. Psikologi Da’wah, bulan bintang, Jakarta ,1979
Barmary Umary, Drs. Azas-azas ilmu da’wah Romadhoni, semarang, 1969.
Hamidullah Achmad, Prof. Dr. Pengantar Study Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
Hasymi A. Sejarah kebudayaan Islam,Bulan Bintang, Jakarta 1979.
Haikal Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad, Terjemahan, Ali Audah, Pustaka Jaya, Trintmas, Bandung, 1981.
Munawar Choolil, H. kelengkapan tarikh nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarata, 1964.
Nasaruddin Razak, Metodologi Da’wah, CV Toha Putra, Semarang, 1976
Omar Toha Yahya, M. A. Prof. Ilmu Da’wah, Wijaya, Jakarta, 1983.
Suara Masjid, Tambun, Bekasi, 2002

NEGARA, BENTUK PEMERINTAHAN, DAN DEMOKRASI

NEGARA, BENTUK PEMERINTAHAN, DAN DEMOKRASI

Pendahuluan
Negara tidak serta merta ada begitu saja, tetapi banyak dialektika yang terjadi yang menyebabkan timbulnya suatu negara.
Setiap negara mempunyai bentuk pemerintahan yang berbeda-beda, tergantung seberapa puas masyarakat terhadap bentuk pemerintahan yang memimpin negara mereka. Pada dasarnya bentuk pemerintahan tidak ada yang kekal (abadi) pasti akan terjadi pergeseran dari bentuk satu ke bentuk yang lain.
Demokrasi yang oleh sebagaian tokoh atau mungkin juga oleh kebanyakan orang dianggap bentuk pemerintahan yang terbaik, tidak hanya dapat dipahami secara sederhana, melainkan juga perlu pemahaman lebih dalam tentang demokrasi. Untuk itu disini selain membahas negara, bentuk pemerintahan juga membahas demokrasi.
NEGARA
Pengertian Negara
Dalam arti luas Negara merupakan kesatuan sosial (masyarakat) yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama. Dalam arti khusus, pengertian negara kita ambil dari pendapat beberapa pakar kenegaraan antara lain sebagai berikut :


George Jellinek
Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
Mr. Kranenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
Prof. R. Djokosoetono
Negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Prof. Mr. Soenarko
Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign (kedaulatan).
Dari banyak kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa Negara adalah organisasi yang didalamnya harus ada rakyat, wilayah yang permanen, dan pemerintah yang berdaulat.
Tinjauan Historis
Pada zaman Yunani kuno, Aristoteles (384-322 SM), dalam buku Politica sudah mulai merumuskan pengertian negara, saat itu, istilah polis berarti negara kota. Plato melihat bahwa negara timbul karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam yang mendorong mereka untuk bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, contoh nyata dari bentuk polis adalah Athena dan Sparta yang pada saat itu sudah mengenal pemeritahan dengan sistem “demokrasi langsung”.
Secara etimologis, istilah negara muncul dari terjemahan bahasa asing staat (Belanda, Jerman) dan State (Inggris). Kata staat maupun state berasal dari bahasa latin, yaitu status atau statum, yang berarti menempatkan dalam keadaan berdiri,. Kata status juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukan sifat atau keadaan tegak dan tetap. Sementara itu, Niccolo Machiavelli memperkanalkan istilah La Stato dalam buku Il Principe. Dalam buku itu ia mengartikan negara sebagai kekuasaan yang mengajarkan bagaimana raja memerintah dengan sebaik-baiknya.
Kata “negara” yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta nagari atau nagara, yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Dalam buku Negarakertagama, Mpu Prapanca (1365) menggambarkan tentang pemerintahan Majapahit yang menghormati unsur musyawarah. Disamping itu, digambarkan pula hubungan antara majapahit dan negara-negara tetangga dalam hubungan antar daerah dalam wilayah kekuasaan Majapahit.
Unsur-Unsur Negara
Dalam Konvensi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa suatu negara harus memiliki 4 (empat) unsur penting, yaitu rakyat (masyarakat/warga negara), wilayah, pemerintahan dan pengakuan dari negara lain.
Rakyat merupakan unsur terpenting dalam negara karena rakyatlah yang pertamakali berkehendak membentuk negara.
Wilayah suatu negara merupakan tempat berlindung bagi rakyat sekaligus sebagai tempat bagi pemerintahan untuk mengorganisir dan menyelenggarakan pemerintahan. Secara mendasar wilayah suatu negara biasanya mencakup daratan (wilayah darat), lautan (wilayah laut), dan udara (wilayah udara).
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara.
Pengakuan dari negara lain meskipun bukan merupakan unsur pembentuk (konstitutif), namun diperlukan sebagai pernyataan (dekralatif) dalam tata hubungan internasional.
Pengakuan dari negara lain dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
• Pengakuan secara de Facto
Pengakuan berdasarkan kenyataan bahwa negara tersebut telah terbentuk.
• Pengakuan secara de jure
Pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh negara lain dengan segala konsekuensinya.
Unsur-unsur terbentukya negara satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan. Rakyat hidup di suatu wilayah tertentu harus diatur supaya kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik untuk mencapai kesejahteraan , keamanan, keadilan, dan lain-lain di dalam lingkungan mereka. Oleh karena itu bentuk pemerintahan sangat penting bagi suatu negara.

BENTUK PEMERINTAHAN
Pada dasarnya bentuk pemerintahan terbagi menjadi tiga (3) yaitu: Monarki, oligarki dan Demokrasi.
Polybus mengembangkan ke-tiga teori diatas kedalam teori siklusnya yang terkenal, dan dapat digambarkan pada bagan berikut








Skema teori siklus Polybus

Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya mendirikan kekuasaan atas rakyat dengan baik, namun pada perkembangan selanjutnya para penguasa (raja) tidak lagi menjalankan pemerintahan dengan baik bahkan cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat. Bentuk pemerintahan Monarki bergeser menjadi Tirani.
Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, munculah sekelompok bangsawan untuk melawan. Mereka bersatu dan berhasil sehingga kekuasaan beralih kepada mereka. Pemerintahan berubah dari tirani menjadi- aristokrasi. Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan rakyat, pada perkembangannya tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan itu mengakibatkan pemerintahan bergeser dari aristokrasi menjadi oligarki.
Dalam kekuasaan pemerintahan oligarki, rakyat berontak mengambil alih kekuasaan untuk memperbaiki nasib. Akibatnya pemerintahan bergeser menjadi demokrasi. Namun pemerintahan demokrasi lama kelamaan banyak diwarnai kakacauan, kebobrokan dan korupsi sehingga hukum sulit ditegakkan. Keadaan itu mengakibatkan bergesernya demokrasi menjadi okhlokrasi.
Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang yang kuat dan berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan. Dengan demikian pemerintahan kembali dipegang oleh seseorang dalam bentuk monarki.

DEMOKRASI
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan, dalam bentuk klasik sudah digunakan sejak zaman Yunani Kuno (abad V SM). Pada masa itu, Yunani dengan negara kotanya (polis) -terutama negara kota Athena pada masa pemerintahan Piracles - telah mempraktekan pemerintahan dengan pertisipasi langsung rakyat dalam membicarakan persoalan pemerintahan (demokrasi langsung).
Pengertian Demokrasi
Pengertian Demokrasi menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratein artinya pemerintah. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi (pemerintah) dipegang oleh rakyat.
Sedangkan Demokrasi menurut istilah (terminologi), para ahli seperti : Abraham Lincoln, Joseph A. Schmeter, Sidney Hook, Schmitter, Terry Lynn Karl, dll. mempunyai pendapat yang berbeda-beda, namun pada hakikatnya Demokrasi mengandung pengertian :
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people).
Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktifitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa negara. Moh. Mahfud MD, mengatakan ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama, demokrasi dijadikan asas yang fundamental; kedua, Demokrasi secara esensial telah memberikan arah bagi perananan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya.
Unsur-unsur Penegak Demokrasi
Unsur-unsur yang dapat menopang tegaknya demokrasi antara lain : 1. Negara Hukum, 2. Masyarakat Madani, 3. Infrastruktur Politik, 4. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas, tidak memihak dan penjaminan hak asasi manusia.
Masyarakat madani (Civil Society) mensyaratkan adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial.
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik (political party), kelompok gerakan (movement group) dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan (pressure/interest group). Terbentuknya ke-tiga kelompok tersebut merupakan wujud keterlibatan dalam melakukan control terhadap kebijakan yang diambil oleh negara, yang dengan demikian juga bisa dikatakan sebagai pilar penegak demokrasi.

Penutup
Dari penegertian tentang negara, bentuk pemerintahan, dan demokrasi di atas dapat disimpulkan bahwa nagara sebagai asosiasi tertinggi masyarakat memiliki pemerintahan yang bertugas menjalankan tujuan dan tugas pokok negara yaitu mensejahterakan rakyat.
Demokrasi yang merupakan sebuah bentuk pemerintahan yang sangat diinginkan oleh rakyat ternyata membutuhkan pilar penegak, dengan tanpa adanya pilar penegak tersebut sistem pemerintahan demokrasi sangat sulit untuk dipraktekan.

















DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003.

Rapar, J.H. Filsafat Politik Plato, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.

by : Nurul fadhillah

pacaran

Pacaran dalam penglihatan

Apa itu pacaran??
“Sampai saat ini saya masih belum bisa menemukan pengertian pacaran”

Pacaran yang saya tahu adalah sebuah hubungan dekat yang dilakukan antara seorang wanita dan seorang cowok, pacaran itu biasa dilakukan oleh anak remaja dari berbagai agama, bahkan ada orang islam yang melakukan pacaran.
Ada beberapa orang islam yang melakukan pacaran, dan orang islam itu sendiri yang membolehkan pacaran dan orang islam itu menyatakan bahwa pacaran itu tidak dilarang oleh islam dengan dalil bahwa “pedoman orang islam adalah al-Quran dan hadist sedangkan didalam al-quran dan hadist itu dia tidak pernah menemukan kata-kata dilarang pacaran pada kitab pedomannya” dari situlah dia meyatakan bahwa pacaran itu diperbolehkan oleh agama islam.
Padahal realita orang pacaran itu kebanyakan melanggar dari ajaran islam contohnya saja ketika saya sedang berjalan di mall, yang namanya orang pacaran itu tidak akan jauh dari yang namanya berpegangan tangan padahal bersentuhan yang bukan muhrimmnya dilarang oleh agama islam.
Saya juga pernah melihat seorng wanita dan cowok remaja sedang berciuman dibioskop padahal bersentuhan yang bukan muhrimnya saja sudah dilarang oleh agama islam, bagaiman dengan yang ciuman pasti itu sangat dilarang oleh agama islam.
Disuatu hari ssaya pernah mewawancarai seorang muslim yang pernah pacaran dan ketika wawancara orang itu sangat terbuka dengan saya dan ketika saya menanyakan tentang realita orang pacaran yang telah dijelaskan diatas ternyata dia pun pernah melakukan hal seperti itu, padahal orang itu saya kira memiliki ilmu Agama yang cukup, akhirnya saya pertayakan juga tentang pengetahuan dia tentang larangan-larangan yang pernah dia lakukan, ternyata dia mengetahui semua larangan itu, dia juga tidak menyadari kalau dia akan bisa melakukan hal seperti itu, akhirnya beliau telah menyesali semua kelakuannya.
Jika kita melihat dari realita pacaran yang di atas maka bisa saya ambil kesimpulan bahwa pacaran itu dilarang oleh agama islam karena menurut saya realita itu adalah salah satu realita yang mendekati perzinaan sedangkan didalam agama islam suatu kegiatan yang mendekati perzinaan itu dilarang oleh agama islam seperti yang tertulis dalam al-qur’an “dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk, (al-isra : 32)” kenapa saya mengatakan realita diatas adalah perbuatan yang mendekati zina?, karena saya berfikir yang awalnya dari pegangan tangan bisa saja tangannya pindah ketubuh yang lain (selain tangan).
Gambaran Realita yang diatas adalah hanya realita yang saya lihat saja, bisa saja terjadi diluar sana (tanpa penglihatan saya) lebih parah dari yang saya lihat, dan saya bisa mengira dari gambaran yang diatas akan terjadi seperti ini:
…Memegang tangan -> memegang rambut -> memegang pipi -> memegang bibir -> memegang payudara -> dan setelah itu akan bisa terjadi hubungan bersetubuh….

So, apakah semua orang yang pacaran melakukan seperti realita yang diatas????/
(…bagi yang pernah pacaran tolong commentnya ya….)
‘’’’trims’’’’