BAB I
PENDAHULUAN
Da’wah islamiyah merupakan sesuatu suatu kewajiban bagi setiap muslim akan tetapi tidak semua muslim mampu melaksanakannya, karena dalam berda’wah harus mempunyai metode sendiri.
Secara historis islam hadir ketika moral manusia hancur (jahilliah) pada saat itu tidak ada yang nampak antara perbedaan yang hak dan yang bathil, dengan situasi inilah Allah mengutus salah satu hambahnya, sebagai utusan terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah dengan membawa suatu ajaran untuk membawa suatu ajaran baru untuk memperbaiki keadaan serta kehidupan manusia.
Kini rasulullah telah tiada sedangkan islam harus tetap disiarkan walaupun dalam kondisi dan situasinya berbeda, sebab da’wah merupakan kewajiban bagi umat muslim terutama para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual.
Situasi masa rasulullah dan masa sekarang berbeda dengan demikian metode dan objek da’wah pun berbeda pula. Maka dari itu penulis akan menulis di karya tulis penulis dengan judul “Da’wah Pada Masa Rasulullah” dan penulis mengharapkan karya tulis ini bisa dijadikan contoh oleh para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual, agar mereka tidak menyimpang dari ajaran yang telah dicontohkan oleh rasulullah.
A. Alasan Memilih Judul
1. Sepengetahuan penulis bahwa judul ini belum pernah ada yang membahas padahal sangat penting dan diperlukan oleh para Da’i, Ustadz dan Muslim Intelektual untuk dijadikan contoh.
2. Melihat keberhasilan Rasulullah SAW dalam berda’wah yaitu menyiarkan ajaran islam kepada umat manusia dengan waktu yang relatif singkat kurang lebih 23tahun dapat tersebar keseluruh jajirah arab. Hal ini lah yang membuat menarik penulis untuk dijadikan karya tulis.
B. Batasan Masalah
Mengingat perjuangan rasulullah terlalu luas maka perlu adanya pembatasan, dalam hal ini penulis hanya membahas tentang da’wah saja, da’wah itu sendiri hanya ketika rasul di makkah dan di madinah karena panulis berasumsi didua tempat ini lah yang dijadikan kesukseskan rasul dalam berda’wah.
C. Tujuan Penulis
a. Agar bisa dijadikan contoh dan inspirasi cara berda’wah untuk para Da’i, ustadz dan muslim intelektual.
b. Untuk menyelesaikan tugas liburan.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan masalah ini penulis mengumpulkan data-data dengan menggunakan metode penelitian perpustakaan (library research) terhadap buku-buku krangan karya ilmiah dan buku-buku lainnya yang ada hubungannya dengan materi yang penulis bahas.
E. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran dan pengetahuan yang menyuluruh dari karya tulis ini penulis susun sistematika sebagai berikut :
BAB I pendahuluan meliputi alasan memilih judul, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II da’wah pada masa rasulullah yang terdiri dari : sejarah singkat rasulullah, keadaan masyarakat, problem yang dihadapi rassulullah, metode da’wah rasul. BAB III penutup yang tersiri dari : kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
DA’ WAH PADA MASA RASULULLAH
A. Sejarah Singkat Kehidupan Rasulullah
Muhammad SAW dilahirkan di kota makkah pada tanggal 12 rabiul awal tahun gajah bertepatan dengan tanggal 20 april 571 M, ayahnya bernama Abdul Mutholib yang wafat ketika Muahammad dalam kandungan ibunya, Ibunya bernama Aminah binti Wahab.
Merupakan suatu tradisi bangsa arab bahwa meyusukan anak-anak badwi, karena menurut mereka di daerah badwi suasana budaya dan hawanya sangat baik untuk kehidupan seorang anak. Oleh karena itu Muhammad pun diasuh oleh wanita-wanita badwi yang bernama Tsuaibaitul aslamiyah dan Halimatussa’diyyah, diantara keduannya yang paling lama merawat Muhammad ialah Halimatussa’diyyah sampai Muhammad berumur 4 tahun.
Setelah itu Muhammad dikembalikan kepada ibunya, ketika umur 6 tahun dia di ajak oleh ibunya ke madinah untuk menjiarahi makam ayahnya, dalam perjalanan kembali dari madinah dikampung abwa ibunya meninggal dunia, kemudian Muhammad diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Mutholib namun malang tak lama kemudian kakeknya meninggal, ketika Muhammad berumur 8 tahun, akhirnya Muhammad diasuh oleh pamannnya Abu Tholib. Beliau seorang yang tak mampu dalam bidang materi, akan tetapi beliau mempunyai hati mulia dan kasih sayang. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Muhammad, mengambil upah dengan mengembala kambing kepuyaan penduduk makkah.
Dalam kehiduppan sehari-harinya Muhammad selalu menunjukan sikap kejujurannya, sehingga sifat itu tersyiar di masyarakat arab denga demikian beliau menerima gelar Al-Amin, predikat ini tidak lepas dari pandangan khodijah seorang janda kaya di negeri itu, dan akhirnya dipercaya untuk membawa barangnya ke negeri syam dengan disertai pembantunya Maisharoh, dalam waktu yang tidak begitu lama Maisharoh dan Muhammad kembali dengan keuntungan yang baik dan sangat besar.
Ketika Muhammad berumur 25tahun sedangkan Khodijah berumur 40 tahun maka terjadi suatu pertemuan yang bersejarah sebagai mana di kemukakakn oleh bapak Muhammad Hamidullah bahwa “karena kejujuran dan mempunyai watak tulus hati maka Khoodijah menawarkan dirinya kepada Muhammad sedangkan ketika itu Khodijah berumur 40 tahun.”
Perkawinan Muhammad denganKkhodijah mendapatkan beberapa anak, tiga orang anak laki-laki dan empat orang anak permpuan, tetapi ketiga anak laki-lakinya meninggal ketika masih kecil.
Sesudah umur Muhammad mencapai 40 tahun beliau semakin giat beribadah mencurahkan seluruh waktu sepenuhnya di sebuah goa yang bernama “hiro” yang terdapat dijabal noer (bukit cahaya) disanalahlah beliau beribadah kadang-kadang sampai 10 hari lamanya.
Tepat pada malam senin tangggal 17 Ramadhan bersamaan dengan 6 Agustus 610 M turunlah malaikat Jibril AS membawa wahyu yang pertama, saat itu beliau berada di goa hiro kemudian malaikat Jibril AS memerintahkan Muhammad untuk mengucapkan
Tetapi beliau menjawab saya tidak bisa membaca kemudian manyuruh lagi sampai tiga kali berturut-turut namun Muhammad tetap menjawab “saya tidak bisa membaca” kemudian dipeluklah Muhammad oleh malaikat Jibril AS, sehingga Muhammad merasa lemas, dan setelah itu Muhammad dilepaskan dan kemudian jibril membacakan wahyu :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Pada ayat ini tidak terdapat pengertian bahwa nabi Muhammad diperintanhkan untuk berda’wah, mengajak manusia kepada suatu agama dan belum pula adanya perintah bahwa beliau utusan Allah.
Setelah turunnya wahyu (ayat) pertama itu, terjadi suatu stragritas penurunan wahyu berikutnya, walaupun demikian nabi sebagai mana biasa datang ke gua setiap hari sambil menanti wahyu yang berikutnya, akan tetapi suatu saat nabi mendengar suara dari langit kemudian diangkat kepalanya, maka tampaklah Jibril AS, akhirnya nabi langsung pulang dengan perasaan takut dan gemetar.
Sesampainya nabi dirumah langsung membaringkan diri sambil berkata kepada isterinya “selimutilah aku”dalam keadaan sepeti ini dating lah malaikat Jibril AS menyampaikan wahyu kepadanya yang berbunyi :
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya ayat (wahyu) kedua inilah nabi mulai menyeru umat islam ke agama Allah, walaupun dengan sembunyi-sembunyi dan ruang lingkupnya masih sekitar keluarga yang terdekat serta sahabat-sahabat beliau.
B. Keadaan Masyarkat
Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang terkenal dengan masyarakat jahiliyah, jahiliyah dalam bahasa arab mempunyai arti bodoh, akan tetapi kaum jahiliyah yang disini bukan kaum jahiliyah yang bodoh, karena mereka mempunyai pengetahuan dan kepandaian serta kecerdasan : dalam bidang pertanian, perniagaan dan banyak lagi ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu bintang, ilmu astronomi dan sebagainya.
Dengan demikian orang-orang arab sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tinggi, oleh karena itu sebutan jaman jahiliyah kurang tepat diartikan sebagai zaman kebodohan.
Disamping terkenal peradabannya juga terkenal mata pencahariannya sebagai pedagang-pedagang yang berhasil. Perdagangan yang mereka lakukan tidak hanya didalam negeri saja, akan tetapi mereka terkenal sebagai pedagang antar daerah, daerah-daerah tempat perdagangan mereka adalah syam, yaman dan Persia.
Masyarakat itu juga mempunyai agama, sebagaimana diketahui sebelum nabi Muhammad lahir dan diangkat menjadi rasul mereka sudah menganut agama tauhid. Didalam sejarah kita dapatkan bahwa nabi ibrahim adalah pembawa agama Tauhid, akan tetapi setelah berpuluh-puluh tahun lamanya (setelah nabi ibrahim dan nabi ismail meninggal) mereka menyimpang ke ajaran yang murni, mereka menjadi musyrik menyembah tuhan dengan berbagai bentuk ada yang menyembah binatang, matahari dan bulan, karena mereka berkeyakinan bahwa semuanya itu diberi kenyakinan penuh oleh Allah SWT untuk mengatur alam, selain menyembah-menyembah yang diatas mereka juga menyembah berhala, berhala yang mereka sembah terbentuk dari logam, batu dan kayu.
Semua penyembahan itu dilakukan sampai berpuluh-puluh tahun, sehingga ketika rasulullah lahir mereka masih menyembah berhala dan mempunyai kepercayaan bermacam-macam (beraneka ragam).
Demikianlah keadaan dan kepercayaan masyarakat arab sebelum datangnya islam.
C. Problem yang Dihadapi Rasulullah
Masyarakat pada masa itu masih dalam penyembahan bahala serta mempunyai kepercayaan yang bermacam-macam di tengah keadaan dan situasi semacam itu, Muhammad diutus untuk menyelamatkan umat serta memperbaiki keadaan yang sudah tidak mempunyai arah tujuan, misi pokok kerasulan nabi Muhammad adalah menyebarkan ajaran tauhid murni yaitu meng-Esakan tuhan, menghapus berhala dan kewajiban manusia beribadah kepada tuhan yang maha Esa.
Dengan demikian misi da’wah(ajaran yang dibawa) nabi Muhammad berda’wah pertama kepada keluarga dan lingkungan setempat serta anak family dan kaum kerabat. Dijelaskan pula oleh frop Hamidullah bahwa “nabi mulai menda’wahkan missinya serta cara rahasia dan sembunyi-sembunyi pertama kali dengan karibnya dan kepada anggota pada sukunya sendiri.”
Da’wah yang pertama kali ini tidak mendapat rintangan dan malah mendapat sambutan yang cukup dengan pengikutnya yang kurang lebih 39 orang.
Selama tiga tahun beliau menjelaskan da’wahnya dengan sembunyi-sembunyi dan rahasia akan tetapi pada suatu hari beliau mendapatkan wahyu untuk mmenyeru kepada umat manusia yang berbunyi:
94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
dengan datangnya wahyu ini maka rasulullah mulai maju langkah demi langkah, diundangnya pemuka Quraisy untuk berkumpul dibukit sofa, ditengah kumpulan kaumnya beliau berkata, isi pokok pada harian kiamat, iman pada yang maha Esa, tiba-tiba abu lahab berteriak mengejutkan para hadirin sambil berkata : yang artinya “ Celakalah ngekau wahai Muhammad, apakah hanya untuk ini kamu kumpulkan kami semua.”
Pada saat inilah nabi dan pengikutnya mendapat rintangan, ancaman dan penghinaan namun cobaan itu membuat iman dan persatuan beliau semakin kuat, begitu pula orang masuk islam tambah banyak.
Ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan islam tidak dapat dipatahkan dengan ancaman dan penyiksaan, mulailah dengan jalan lain yakni mencoba menghubungi Abu Tholib sebagai pelindung utama Rasulullah SAW, mereka meminta agar dapat menghentikan segala kegiatan keponakannya dalam menyiarkan agama islam, permohonan kaum Quraisy disampaikan kepada Muhammad, akan tetapi Muhammad menjawab “paman” demi Allah kalaupun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan maksud agar aku meninggalkan tugas ini sungguh tidak akan aku lakukan.
Setelah Abu Thalib mendengar jawaban tegas yang disampaikan nabi Muhammad SAW, Abu Thallib pun segera berkata “hai anakkku” pergilah dan katakanlah yang apa kamu kehendaki demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk selama-lamanya. Begitulah tekad dan kecintaan Abu Thalib terhadap keponakannya(nabi Muhammad).
Berkali-kali pemuka Quraisy datang dengan berbagai macam alasan akan tetapi usaha mereka selalu gagal, kemudian mencoba membujuk nabi dengan memberikan harta dan kedudukan kepada nabi Muhammad agar bersedia meninggalkan usahanya.
Semua rayuan dan usaha mereka ditolak dengan tegas oleh nabi Muhammad sehingga memuncaklah kemarahan mereka, kemudian mereka melancarkan penyiksaan diluar prikemanusiaan terhadap pengikut nabi. Dengan kejadian semacam ini maka nabi memerintahakan pengikut-pengikutnya untuk pindah kehabasa sebab nabi telah mengetahui raja habasa adalah seorang yang adil.
Setelah 10tahun nabi berda’wah dimakkah akhirnya nabi pindah ke Thoif dengan harapan diterima dan mendapatkab perlindungan., ternyata itu semua hanya harapan, kenyataannya da’wah beliau tidak dapat diterima, dan dengan serentak mereka mencacimaki, menghina dan menhgancam sambil melampari batu-batu krikil dan pasir kepada nabi Muhammad SAW.
Demikianlah penganiayaan dan penghinaan penduduk Thoif yang diharapkan dapat melindungi dan menerima da’wahnya. Setelah beliau mengalami kegagalan di Thoif beliau tidak berhenti akan tetapi beliau mencoba mensyiarkannya kepada orang-orang yang datang mengerkjakan haji ke baitullah, disinalah da’wah beliau mendapat sambutan dan banyak yang tertarik, dengan demikian berikutnya semakin bertambah. “untuk menghindari kecurigaan dan perlakuan yang tidak diharapkan dari pihak Quraisy, diadakanlah suatu pertemuan rahasia di aqobah.”
Dalam pertemuan rahasia ini nabi membacakan aya-ayat al-Quran, yang bunyinya mengajak mereka berlaku benar terhadap apa yang telah mereka ketahui (percayai). Pertemuan ini akhirnya dapat diketahui oleh kaum Quraisy, kemudian mereka mengadakn tindakan-tindakan kekerasan, kekejaman yang mengakibatkan banyak pengikut-pengikut nabi yang luka-luka parah.
Setelah kejadian itu nabi memerintahkan kaumnya untuk berhijrah ke madinah. Orang-orang Quraisy sangat cemas mendengar perintah nabi karena dimadinah islam sudah berkembang, oleh sebab itu mereka merencanakan akan membunuh nabi, dengan mengutus para jagoan dari masing-masing daerah (kabilah).
Ketika hari mulai malam datanglah pemuda-pemuda utusan mengepung rumah nabi, dan siap membunuh nabi bila keluar dari rumah namun rencna mereka tidak sebaik rencana Allah, dalam kesuyian malam keluarlah nabi dengan penuh tawakkal dan pasrah kepada Allah dikawani Abu bakar ke madinah, sementara Ali tidur ditempat nabi untuk mengelabui kaum penjahat, dengan inayah Allah pemuda-pemuda tidur tak sadarkan diri, seperti dikemukakan Prof. Dr. Syalabi bahwa :
Rasulullah keluar sambil menaburkan pasir kemuka pemuda-pemuda yang sedang mengepung rumah beliau seraya berkata alangkah kejinya mukamu, pemuda-pemuda itu tertidur tak sadarkan diri,akhirnya nabi dan Abu bakar keluar tanpa kelihatan oleh mereka.
Ssetelah mereka terbangun, alangkah kecewanya karena yang didapatinya hanya Ali. Sebelum nabi menuju ketempat tujuan yaitu madinah selama tiga hari bersembunyi di debuah gua di bukit tsur, setelah itu meneruskan perjalanannya ke madinah.
Langakah pertama yang dilakukan adalah mendirikan masjid, membina dan mempersatukan (persatuan sesame umat islam). Kemudian mengadakan perjanjian persahabatan dengan orang yahudi di madinah yang hiduup berdampingan, isi pokok perjanjian saling bertetangga dengan baik dan saling Bantu jika terjadi musibah atau ada serangan dari luar. Setelah perjanjian berlangsung baik di pihak lain merasa iri dan tidak senang melihat perkembangan islam begitu cepat di madinah, sehingga pihak yahudi lain berusaha keras memerangi dan memadamkan kaum muslimin.
Demikianlah sekilas gambaran problem yang nabi alami ketika berda’wah ketika di makkah maupun di madinah, begitu banyak rintangan, siksaan dan ancaman, akan tetapi beliau tetap berda’wah meyiarkan ajaran agama islam dengan tidak mengenal lelah, letih serta putus asa sampai menujunjukan keberhasilan. Untuk itu metode apa yang rasul gunakan, dalam pembahasan berikutnya penulis akan menyajikan cara-cara(metode) nabi dalam berda’wah.
D. Metode Da’wah Rasulullah
Sebelum penulis menguraikan metode da’wah rasulullah penulis ingin menguraikan pengertian da’wah terlebih dahulu. Pengertian da’wah berasal dari bahasa arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi kata da’wah merupakan suatu ajakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Untuk memperjelas penulis ajukan beberapa definisi tentang da’wah menurut Drs. H. M Arifin bahwa “da’wah mengandung pengertian suatu kegiatan, ajaran baik dalam bentuk lisan maupun tulisan tingkah laku sadar atau berencana dalam berusaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok.”
Drs. Barmawy Umary menjelasakan “dawah ialah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah menjauhi larangan agar memperoleh kebahagian dimasa sekarang dan akan datang.”
Dari pendapat-pendapat di atas walauupun berbeda namun pada hakikatnya sama, dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa da’wah adalah suatu seruan atau ajakan kepada seseorang atau kelompok manusia untuk menyakini kebenaran demi keselamatan dunia dan akhirat, serta mengerjakan kebajikan serta menjauhi larangan sesuai dengan pirman Allah :
•
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Di dalam ayat ini terkandung bahwa da’wah merupakan kewajiban manusia yang telah mengetahui dan mengenal ajaran-ajaran Allah kepada manusia baik yang sudah mengenal maupun yang belum, untuk memperdalam dan memperaktekan apa-apa yang diwajibkan dan dilarang oleh Allah, walaupun situasi dan perkembangan budaya dapat berubah namun da’wah islamiyah harus tetap berjalan.
Hal ini memerlukan tekhnik dan metode dalam penyampaiannya. Rasulullah sendiri ketika berda’wah mempunyai masyarakat yang belum mengenal tuhan, mereka menyembah berhala hanya sebagian kecil yang sudah mengetahui ajarannya dan tekad serta metode beliau, beliau dapat berhasil.
Didalam menyampaikan ajarannya beliau menggunakan metode yang telah digariskan didalam al-Quran surat An-nahl ayat 125 yang berbunyi :
• •
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat inilah yang dijadikan pedoman pokok oleh rasulullah dalam berda’wahnya. Pada ayat ini terdapat kata-kata “bilhikmah” atau bijaksana, pelajaran yang baik atau bantahan kebaikkan.
Disamping berda’wah dengan bijaksana, nabi juga tidak bersifat memaksa untuk memeluk ajaran agama islam sebab sifat memaksa bertentangan dengan ajaran al-Qur’an yang berbunyi :
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
dengan ayat ini dijelaskan bahwa dalam ajaran islam tidak mengajarkan tentang paksaan terutama dalam memeluk agama islam.
Dengan sebab itulah rasulullah Saw dalam menyerukan ajarannya tidak dengan paksaan dan kekrasan sehubungan dengan yang diungkapkan oleh Syee Amir Ali “ketika nabi Muhammad mengirimkan mubaiq-mubaliq keberbagai provinsi, beliau senantiasa memberia amanat sebagai berikut : ramah tamahlah kepada orang dan jangan bersifat keras, gembirakanlah hati mereka dan jangan remehkan.”
Selain sifat-sifat diatas rasulullah dalam berda’wah selalu menampilkan keperibadiannya dengan moral yang tinggi (akhlak yang mulia) lebih dari itu beliau selalu mengamalkan ajara-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari baik yang sudah disampaikan maupun yang belum, seperti yang dijelasakan oleh Nasarudin Razak bahwa”akhlak Muhammad lah yang menjadikan suri tauladan yang sebenar-benarnya sehingga diakui beribu-ribu manusia dan banyak yang masuk islam.”
Uraian ini jelas bahwa rasul selalu bersifat bijaksana dan lemah lembut dalam melaksanakan da’wahnya. Suatu kasus yang patut dijadikan data akan kebijakan serta kelemah lembutan nabi dalam berda’wah yaitu dimana kafir Quraisy sangat membenci, memusuhi dan menghalangi nabi, baik semasa dimakkah maupun di madinah akan tetapi ketika mereka gagal serta berserah diri, rasul tidak membalas membenci mereka, dendam, memerangi dan tidak memaksa mereka untuk masuk islam, bahkan rasul selalu menjelaskan tentang kebenaran ajrannya kepada mereka dengan bijaksana, agar mereka mengetahui ke Esaan tuhan.
M. natsir mengemukakan bahwa : tugas rasul (dan pembawa da’wah) ialah memperingatkan dan memanggil-manggil supaya memilih jalan yang membawa kepada kejayaan, jangan menuju jalan yang menempuh keruntuhan, semua yang beliau lakukan adalah sesuai dengan status beliau sebagai rasul yang hanya wajib mengamanatkan amanat Allah subhanllahu wata’ala.
Dari statement diatas maka jelaslah rasul dalam berda’wah selalu memberikan alternatif terhadap nilai-nilai kebaikan yang Allah berikan kepadanya, demi kepentingan umat. Rasuluulllah dalam menyampaikan da’wahnya tidak memaksa orang untuk masuk ke agamanya, beliau melakukan da’wah sesuai dengan statusnya sebagai seorang rasul, yaitu hannya wajib menyerukan dan menyampaikan amanat Allah.
Selain hal itu beliau melaksanakan da’wah dengan penuh bijkasana, lemah lembut sehingga dengan waktu yang relative singkat kurang lebih 23 tahun rasul telah sukses membawa ajarannya.
Demikianlah sikap dan cara rasulullah menyampaikan da’wahnya (ajarannya) dengan keberhasilan yang memuaskan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang da’wah pada masa rasulullah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Da’wah yang disampaikan oleh rasulullah yaitu mengajak manusia untuk mengEsakan tuhan dan melakukan kebaikan serta menjauhi larangan, beliau dalam berda’wah selalu berpedoman pada al-Quran surat an-nahl ayat 125 dan surat ali-imran 159.
2. Rasulullah dalam berda’wah selalu dengan keikhlasan, kesabaran dan kebenarian menghadapi rintangan, selain itu beliau mampu memahami dan menguasai situasi dan kondisi sehingga materi yang disampaikan itu cocok dengan masyarakat yang dihadapi.
B. Saran-saran
Sebagai akhir tulisan diatas ingin menyampaikan beberapa saran kepada kaum muslimin umumnya para da’I khususnya, agar memperoleh kesuksesan dalam mengembangkan da’wah Islamiyah.
1. Da’wah adalah merupakan kewajiban setiap muslim oleh karenanya hendaklah kita sebagai calon da’I mengajak mausia kepada kebaikan dan menjauhi kemunkaran.
2. Para da’I hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang banyak sebagai bekal dalam menghadapi masyarakat yang beraneka ragam baik intelektual, kebudayaan maupun ekonominya.
3. Para da’I hendaknya memahami situasi dan kondisi masyarakat sebagasi objeknya, sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan yang masyarakat hadapi.
4. Para da’I hendaknya bijaksana seperti rasul ketika beliau menyampaikan ajarannya n=baik di makkah maupun di madinah.
5. Agar da’wah dapat berhasil dengan baik maka hendaknya para da’I melihat kembali metode da’wah yang digunakan oleh rasulullah dan menteladani segala perbuatannya terutama dalam penyampaian da’wahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya.
Achmad Amin, prof. Dr. Fajar islam, Ali bahsa, zaini dahlan Bulan Bintang, Jakarta, 1968.
Amrullah Achmad, Da’wah islam dan perubahan social, Prima Duta, Yogyakarta, 1983.
Arifin M. Ed, Drs. Psikologi Da’wah, bulan bintang, Jakarta ,1979
Barmary Umary, Drs. Azas-azas ilmu da’wah Romadhoni, semarang, 1969.
Hamidullah Achmad, Prof. Dr. Pengantar Study Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
Hasymi A. Sejarah kebudayaan Islam,Bulan Bintang, Jakarta 1979.
Haikal Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad, Terjemahan, Ali Audah, Pustaka Jaya, Trintmas, Bandung, 1981.
Munawar Choolil, H. kelengkapan tarikh nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarata, 1964.
Nasaruddin Razak, Metodologi Da’wah, CV Toha Putra, Semarang, 1976
Omar Toha Yahya, M. A. Prof. Ilmu Da’wah, Wijaya, Jakarta, 1983.
Suara Masjid, Tambun, Bekasi, 2002
Minggu, 08 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar